Selasa, 20 Juni 2000

Lebih Banyak Aksi dalam The Incredible Hulk

June , 20 2008

Mungkin setelah dinilai �gagal� dalam Hulk (2003) yang disutradarai oleh Ang Lee, kali ini Marvel Studio me-remake kisah si monster hijau melalui The Incredible Hulk (2008) dengan kemasan lebih fresh yang kali ini diarahkan oleh Louis Leterrier. Para pemain lama didepak dengan memakai bintang-bintang baru antara lain, Edward Norton, Liv Tyler, Tim Roth, dan William Hurt.



Alkisah setelah sang ilmuwan, Bruce Banner (Norton), terkena radiasi sinar gamma pada suatu uji coba, ia berubah menjadi sosok monster berwarna hijau jika ia tertekan (baca:emosi). Sang monster lalu diburu oleh pihak militer dibawah pimpinan Jendral Ross (Hurt). Setelah beberapa waktu dikisahkan Banner mengasingkan diri di Brazil sambil mencari cara bersama rekan jauhnya, �Mr. Blue� untuk menemukan obat penawar dari penyakitnya. Ross berhasil melacak Banner dan membawa marinir berpengalaman, Blonsky (Roth) untuk mendampingi timnya untuk menangkapnya. Banner berhasil lolos dari penyergapan dan kembali ke Amerika. Disana ia bertemu dengan kekasihnya serta asisten lab-nya, Betty Ross (Tyler), yang juga putri Ross. Saat Banner dan Betty berusaha untuk mencari cara penyembuhan dan bertemu �Mr. Blue�, Jendral Ross menyuntikkan sebuah �serum super� pada Blonsky untuk bisa menandingi si monster hijau. Ross tidak menyadari jika Blonski kelak berubah menjadi monster yang jauh lebih ganas dan merusak daripada monster yang diburunya.

Pada versi baru ini kisahnya sangat berbeda dengan versi lamanya melalui tempo plot yang cepat dengan adegan aksi nyaris tanpa henti. Patut diacungi jempol bagaimana pada sekuen pembuka, latar belakang munculnya �The Hulk�, disajikan hanya sekilas saja sehingga tidak mengulangi plot versi sebelumnya, dan kisah filmnya sendiri justru bermula di Brazil. Tidak seperti kisah Hulk (2003) yang sarat dengan konflik psikologis serta trauma masa lalu, The Incredible Hulk, secara sederhana hanya menekankan pada dua plot utama, yakni Banner yang berusaha mencari obat penawar serta perburuan sang monster oleh Jendral Ross. Kisah roman pun (Banner-Betty) bahkan nyaris tak disinggung. Hasilnya tentu sudah bisa kita duga, aksi, aksi, dan aksi�

Bicara sekuen aksinya memang kenyataannya film ini jauh lebih baik dari film sebelumnya. Berbeda dengan Hulk (2003) yang disajikan dengan nuansa serta warna yang cerah, The Incredible Hulk disajikan dengan nuansa yang lebih gelap dan suram. Dibandingkan pencapaian rekayasa digital (CGI) pada versi sebelumnya, sosok Hulk kali ini tampak jauh lebih nyata. Sosok sang monster lebih �realistik� dengan otot-otot yang lebih kekar, kasar, serta warna tubuh hijau yang �buram�. Ini bisa jadi juga terbantu dengan sekuen aksinya yang seringkali berlatar malam hari. Sekuen aksinya yang melibatkan sosok Hulk tercatat hanya tiga buah, yakni di pabrik minuman di Brazil, di kota asal Banner, serta sekuen klimaks di kota New York, yang seluruhnya disajikan begitu mengesankan dan penuh energi. Walau awalnya tampak meragukan namun klimaks pertarungan antara Hulk versus Blonsky yang sama-sama memiliki kekuatan serta fisik yang besar diluar dugaan mampu disajikan begitu meyakinkan. Amat seru dan menghibur.

Diluar tempo plot yang cepat serta sekuen aksinya yang seru nyaris tidak ada lagi yang menarik dalam filmnya. Setting kota serta pemukiman yang indah di Brazil pada sekuen awal sesaat mampu mencuri perhatian kita. Sementara kastingnya tidak ada yang menonjol. Edward Norton sepertinya cocok dengan karakter Bruce Banner yang wajahnya tampak lelah setiap saat. Liv Tyler yang tampil begitu memelas, sangat jauh jika dibandingkan dengan penampilan Jennifer Connely di film terdahulu. Sementara Tim Roth sudah terlalu akrab di mata penonton dengan peran antagonis sejenis. Hal yang justru menarik perhatian adalah cameo sederetan aktor dan bintang, yakni Lou Ferrigno yang merupakan pemain si raksasa Hulk pada film serinya di era 80-an (berperan sebagai petugas keamanan), sang kreator Hulk, Stan Lee (berperan sebagai orang tua peminum softdrink yang berisi darah Banner), lalu Bill Bixby (pemain Bruce Banner pada film serinya) juga sekilas muncul pada sebuah acara televisi, serta paling mengejutkan tentu munculnya karakter Tony Stark (Robert Downey jr.) di akhir kisahnya. Huh� can�t you imagine Hulk & Iron Man in the same movie�

Akhir kata, jika kita bandingkan dengan versi lamanya, versi terbaru Hulk kali ini terutama memiliki nilai lebih pada sekuen aksinya. Sementara film terdahulu lebih menekankan pada kekuatan cerita serta penyajian yang unik dan elegan (teknik split screen) layaknya sebuah komik. Namun tak diragukan lagi jika versi terbaru ini akan meraih sukses jauh lebih besar dari film sebelumnya. Mana yang terbaik menurut Anda? If you're asking me� I prefer the old one�. (B)

Jumat, 16 Juni 2000

Kung Fu Panda, Film Kung Fu Terbaik Produksi Hollywood

16 June 2008 9:53 PM

Setelah sukses fenomenal dengan seri animasi Shrek, Dreamworks Animation kembali mengulangi suksesnya melalui film animasi terbaru mereka, Kung Fu Panda. Film ini hanya dalam waktu seminggu rilisnya telah meraih pendapatan kotor lebih dari $60 juta hanya di Amerika Utara saja. Seperti halnya Shrek, Kung Fu Panda diisi oleh suara beberapa bintang besar antara lain, Jack Black, Dustin Hoffman, Angelina Jolie, Jackie Chan, serta Lucy Liu.


Alkisah seekor panda besar dan gemuk bernama Po (Black), adalah penggemar berat dan amat terobsesi dengan Kung Fu. Po bersama ayahnya bekerja sebagai penjual mie, sang ayah berharap anaknya mampu meneruskan usahanya yang merupakan tradisi leluhurnya. Suatu ketika Master Oogway, si kura-kura tua pemimpin Jade Temple, meramalkan kedatangan kembali si harimau jahat, Tai Lung, dan hanya Ksatria Naga-lah (Dragon Warrior) yang sanggup mengalahkannya untuk memberikan kedamaian bagi seluruh warga desa. Ada lima kandidat kuat sebagai ksatria terpilih, yakni Tigress (Jolie), Monkey (Chan), Viper (Liu), Crane, serta Mantis yang kelimanya merupakan murid dari Master Shifu (Hoffman). Sewaktu acara pemilihan berlangsung, Po yang bersusah payah pergi ke Jade Temple untuk melihat para idolanya, justru secara mengagetkan ditunjuk oleh Master Oogway sebagai sang ksatria terpilih. Para murid lainnya bahkan Master Shifu sangat kecewa dengan penunjukan Po. Namun sepeninggal Master Oogway, Master Shifu akhirnya menyadari kekeliruannya dan melihat potensi bakat natural dari Po.

Plotnya sama seperti halnya film-film kung fu dan animasi (baca: anak-anak) lazimnya sangat sederhana, yakni kebaikan versus kejahatan, sang tokoh utama harus bersusah-payah menjalani latihan sebelum menjadi jagoan hebat, lalu pertarungan klimaks dimana sang jagoan akhirnya menang melawan tokoh jahat. Jujur, memang hanya itu saja, bahkan sosok Po sedikit banyak mengingatkan sosok si Ogre Hijau, Shrek, hanya saja sosok sang panda jauh lebih lucu dan menggemaskan ketimbang si monster hijau. Lalu apa yang istimewa dari kisahnya? Di luar sekuen aksi yang begitu seru dan menghibur, Kung Fu Panda mampu menampilkan humor �biasa� dengan kemasan yang lebih segar, serta diselingi petuah-petuah bijak (ala Yoda) dari Master Oogway. Seperti dalam satu adegan, Po menirukan polah dan gaya bicara Master Shifu yang ditangggapi gelak-tawa dari rekan-rekannya. Adegan seperti ini bisa jadi telah kita lihat ratusan kali dalam film namun tetap saja mampu membuat penulis tertawa hingga menangis. Walau nyaris tiap adegan sarat dengan unsur aksi dan komedi namun film ini tetap mampu menjaga ritme antara komedi, aksi, dan drama dengan baik sehingga kita tidak pernah kehabisan energi untuk tertawa.

Namun uniknya tidak seperti plot film-film animasi sejenis, Kung Fu Panda tidak mengangkat tema (umum), seperti roman, persahabatan, keluarga, atau bahkan keberpihakan pada kaum lemah, namun� it�s just simply about destiny. Bagaimana Master Shifu akhirnya mampu memahami makna kata-kata Master Oogway; Bagaimana rekan-rekan Po akhirnya menerima takdir Po sebagai sang Dragon Warrior; lalu bagaimana ayah Po akhirnya mampu menerima takdir sejati anaknya; serta pula Po yang akhirnya memahami dirinya sebagai sosok ksatria terpilih (namun masih saja terengah-engah ketika menaiki ribuan anak tangga Jade Temple di akhir kisahnya).

Sekuen-sekuen aksinya yang sangat seru dan menghibur jelas tidak perlu diragukan lagi. Adegan-adegan perkelahian �Kung Fu� yang begitu cepat dan energik amat sangat memanjakan mata kita, terutama ketika Tai Lung keluar dari penjara dan menghadapi ribuan pasukan penjaga, serta ketika Tigress dkk menghadapi Tai Lung. Walau tidak seserius dan atraktif seperti dua pertarungan diatas, aksi latihan unik antara Master Shifu dan Po (berebut dumpling), serta pertarungan klimaks antara Po dan Tai Lung dijamin mampu membuat penonton tertawa hingga sakit perut.

Hal yang sedikit tidak lazim justru malah pada para pengisi suaranya. Jack Black (Po) bersama Dustin Hoffman (Shifu) mendominasi seluruh dialog dalam film dan bintang-bintang lainnya nyaris tak terdengar. Angelina Jolie (Tigress) masih agak mending, namun Jacky Chan (Monkey) dan Luci Liu (Viper) hanya berucap beberapa patah kata saja. Bayangkan, karakter komandan penjaga penjara (Michael Clark Duncan) serta ayah Po (James Hong) berbicara jauh lebih banyak daripada ketiga karakter diatas. Hal ini memang tidak salah cuma tidak lazim. Mengapa harus diisi oleh suara mereka (bintang-bintang besar) yang tentu membuang uang (bujet) dan bakat mereka, atau cuma sekedar ingin memakai nama-nama besar mereka untuk bisa muncul dalam poster filmnya. Memang sama sekali tidak masalah, tapi bagi pononton tertentu yang ingin mendengar suara Jolie atau Chan lebih banyak bisa dipastikan kecewa.

Bisa dijamin sukses film ini dipastikan memicu sekuel petualangan sang panda berikutnya. Sejauh ini bisa pula kita katakan Kung Fu Panda adalah film �kung fu� terbaik yang pernah diproduksi Hollywood. Walau secara umum masih dibawah film-film animasi produksi Pixar, seperti Finding Nemo, The Incredibles, dan Toy Story namun film ini lebih baik dari film-film animasi produksi Dreamworks lainnya. Untuk perkara yang satu ini, Master Oogway ternyata salah, �There�s no Good or Bad��. This movie is actually good. It will bring joy and laugh to audience all ages� but if you seek deep enough maybe you will find joy and peace� even in our hearts. (B+)