Senin, 01 Maret 2010

Comedy Romantic Movies



Film komedi romantis merupakan sub-genre dari film komedi dan film roman. Ciri khas film komedi romantis pada umumnya adalah dua orang pasangan muda yang segar, menarik, dan lucu yang mana mereka ditakdirkan untuk saling jatuh cinta, namun terpisah oleh berbagai macam hal seperti status sosial, orang tua, sahabat, prinsip, atau lainnya, hingga pada akhirnya mereka dapat mengatasi semua masalah itu dan dapat hidup bahagia bersama selamanya. Film komedi romantis seringkali menampilkan sisi lucu dan kekonyolan dari tokoh-tokoh yang berbeda status atau memiliki karakter yang berlawanan satu sama lain atau berbeda status. Tokoh yang satu kaya dan satu miskin, satu majikan atau atasan dan yang satu lagi bawahannya, atau bisa pula satu halus dan satu berperangai kasar.

Plot yang sering ada dalam film komedi romantis adalah tentang dua karakter, biasanya laki-laki dan perempuan bertemu, awalnya mereka berseteru kemudian muncul ketertarikan diantara keduanya. Atau dapat pula karena sebuah konflik, bisa dari mereka sendiri ataupun masalah eksternal membuat mereka harus berpisah. Selama mereka berpisah, salah satu ataupun keduanya mulai merasa kehilangan dan sadar bahwa mereka saling mencintai. Cerita kemudian berlanjut pada usaha-usaha tokoh utama untuk bertemu atau mendapatkan orang yang dicintainya tersebut. Si tokoh utama kemudian menyatakan perasaanya dan film pun berakhir bahagia.

Setting cerita film-film komedi romantis lazimnya menggunakan kota-kota besar. Musik dan lagu menjadi salah satu kunci pendukung utama dalam membentuk mood filmnya. Musik dan lagu ringan berirama dan berlirik romantis biasanya mengiringi sepanjang filmnya sesuai konteks cerita. Dalam perkembangan sejak era silam hingga saat ini genre komedi romantis sudah ribuan film diproduksi dan dengan mudah kita jumpai berbagai macam variasinya. Banyak akrtis maupun aktor serta sutradara masa kini yang menjadi ikon film-film bergenrekomedi romantis, seperti Hugh Grant, Julia Roberts, Tom Hanks, Meg Ryan, dan sutradara seperti Woody Allen dan Garry Marshall.

Komedi Romantis era Klasik

Film komedi romantis mulai mengalami masa keemasan di era tahun 30-an dimana film-film besar dengan genreini banyak diproduksi pada masa itu. Beberapa diantaranya bahkan mampu menyabet penghargaan Oscar. Tahun 1931, sineas dan aktor kawakan Charlie Chaplin memproduksi film bisu komedi romantis berjudul City Light bersama Virginia Cherrill. Film berkisah sedih dan romantis ini juga dianggap sebagai karya terbaik Chaplin. Setelah itu kemudian film-film ber-genresejenis semakin banyak diproduksi, diantaranya yang populer pada tahun 1932 Paramount Pictures memproduksi dua film berjudul Trouble in Paradiseyang dibintangi oleh Miriam Hopkins, Kay Francis, dan Herbert Marshall serta No Man of Her Own yang dibintangi oleh Clark Gable dan Carole Lombard.

Sejak tahun 1934 muncul genre Screwball Comedy. Genre inisendiri adalah genre film yang sangat popular di Amerika selama masa depresi pada awal tahun 1930 hingga 1940. Genre ini sangat khas, merupakan bentuk lain dari komedi romantis, merupakan kombinasi komedi slapstick dengan dialog-dialog yang cepat. Dua tokoh utama pasangan pria dan wanita seringkali digambarkan bertengkar seolah membenci satu sama lain padahal mereka saling mencintai. Film-film screwball comedy biasanya juga menampilkan konflik-konflik yang berhubungan dengan kelas sosial, serta sering mengangkat topik tentang pernikahan maupun rujuk kembali setelah bercerai. Tercatat salah satu pelopor film screwball comedy adalah, It Happened One Night (1934), yang disutradarai oleh Frank Capra dan dibintangi oleh Clark Gable dan Claudette Colbert. Film berbujet $350 ribu ini adalah film pertama yang mampu menyabet lima penghargaan bergengsi Academy Award sebagai film, sutradara, aktor, aktris, dan skenario terbaik.

 Screwball comedy yang sukses dengan cepat diikuti oleh film-film lainnya, seperti My Man Godfrey (1936) yang dibintangi oleh William Powell and Carole Lombard, The Awful Truth (1937), serta yang paling populer Bringing Up Baby (1938) dibintangi oleh Katharine Hepburn dan Cary Grant. Dua nama besar ini selanjutnya banyak bermain di film berjenis sama. Di tahun 1940, dua film populer screwball comedy diproduksi, yakni His Girl Friday arahan sutradara Howard Hawks yang dibintangi oleh Cary Grant dan Rosalind Russell, lalu  The Philadelphia Story yang kembali mempertemukan pasangan Cary Grant dan Katharine Hepburn. Film arahan George Cukor ini dinominasikan untuk enam penghargaan Academy Award dan meraih dua penghargaan untuk aktor terbaik (James Stewart) dan naskah adaptasi terbaik. Cukor rajin memproduksi film jenis ini di akhir dan awal dekade, yakni Adam�s Rib (1948) dan Pat and Mike(1952) dimana Hepburn kembali bermain disini.   

Pada tahun 1953 Paramount Pictures memproduksi film komedi romantis arahan sutradara William Wyler berjudul Roman Holiday yang diperankan oleh aktor ternama Gregory Peck dan aktris muda pendatang baru Audrey Hepburn. Film berbujet $1,5 juta ini dinominasikan untuk tujuh nominasi oscar, dan meraih tiga kategori yaitu aktris terbaik (Audrey Hepburn), kostum, dan naskah terbaik. Film ini pulalah yang kemudian mengantarkan Audrey Hepburn menjadi salah satu bintang legedaris Hollywood. Hepburn beberapa kali juga bermain dalam komedi romantis setelahnya, yakni Sabrina (1954) dimana ia bermain bersama dua aktor besar, yakni Humphrey Bogart dan William Holden. Film ini juga di-remake pada era 90-an. Kemudian juga Breakfast at Tiffany�s (1961) dimana Hepburn menjadi ikon klasik sepanjang sejarah sinema.


Sineas besar Billy Wilder cukup banyak memproduksi film komedi romantis pada era 50-an dengan bintang-bintang superstar-nya. Di awali oleh Sabrina yang dibintangi Hepburn, kemudian The Seven Year Itch yang dibintangi oleh Marilyn Monroe dan Tom Ewell. Kembali bersama Hepburn, Wilder mengarahkan Love in the Afternoon yang kali ini sang aktris dipasangkan dengan Gary Cooper. Lalu film komedi fenomenal, Some Like It Hot (1953) yang kembali dibintangi Monroe bersama Jack Lemmon dan Tony Curtis. The Apartment (1960) yang meraih lima Oscar, ternasuk film terbaik. Film ini sendiri dibintangi kembali oleh Jack Lemmon dan Shirley MacLaine. Kolaborasi Wilder, Lemmon, dan MacLaine bertemu kembali dalam komedi romantis, Irma La Douce (1963).

Era 70-an dan 80-an

Periode ini bisa jadi era paling buruk bagi perkembangan film komedi romantis. Tercatat hanya belasan film saja bergenre ini diproduksi pada dua dekade ini.  Namun bibit film komedi romantis modern mulai muncul pada periode ini. Secara cerita tidak banyak yang berubah dengan yang telah ada pada era klasik terutama 60-an, beberapa elemen karakteristik film komedi romantis di era modern lebih banyak dipengaruhi oleh tren yang berkembang pada masanya. Beberapa elemen yang tampak jelas pada film-film komedi romantis era ini adalah dialog yang lebih smart serta plot yang ringan.

Pada era 70-an, nama sineas sekaligus aktor yang mencuat adalah Woody Allen. Allen yang juga adalah komedian jenius memberikan warna tersendiri bagi genre komedi. Dengan gaya bicaranya yang khas, dialog yang cepat dan cerdas, melalui lelucon verbalnya membawa gnre komedi ke sebuah level yang baru. Hal ini tampak dominan dalam filmnya yang paling populer, Annie Hall (1977), sebuah komedi romantis unik yang dianggap mampu memberikan standar bagi film komedi modern. Film ini meraih Oscar yakni, Aktris terbaik (Diane Keaton), Sutradara Terbaik (Allen), Naskah Terbaik (Allen), serta Film Terbaik. Sayang Allen gagal meraih kemenangan untuk Nominasi Aktor Terbaik. Satu lagi komedi romantis dan juga salah satu karya terbaiknya adalah Manhattan (1979) yang berkisah tentang penulis (Allen) yang memacari gadis berusia 17 tahun. Uniknya film ini diproduksi hitam putih, dan pujian juga diberikan pada aspek sinematografi karena mampu menampilkan kota New York dengan begitu indahnya.

Seperti halnya sebelumnya, dekade 80-an tak banyak film komedi romantis yang diproduksi namun ada tiga film yang menonjol dan sukses luar biasa. Moonstruck (1987) digarap oleh Norman Jewison dan dibintangi oleh Cher dan Nicholas Cage. Film ini sendiri mendapatkan enam nominasi Oscar termasuk film terbaik dan meraih kemenangan untuk aktris utama, aktris pembantu, dan naskah orisinal terbaik. Kemudian sineas kondang Mike Nichols menggarap Working Girl (1988) yang dibintangi Melanie Griffith dan Harrison Ford. Film ini juga sukses meraih enam nominasi Oscar termasuk film terbaik. Kemudian yang terakhir adalah When Harry Met Sally (1989) arahan Rob Reiner yang ditulis naskahnya oleh Nora Ephron. Ephron berhasil mereaih nominasi Oscar untuk naskahnya. Film yang dibintangi Billy Crystal dan Meg Ryan ini juga dihiasi belasan nomor-nomor populer yang romantis.

Era 90-an Hingga Kini

Era 90-an dan setelahnya bisa dibilang adalah era tumbuh suburnya genre komedi romantis. Di era 90-an tercatat hanya puluhan film komedi romantis diproduksi dan di dekade berikutnya melonjak sangat drastis hingga ratusan film genre ini diproduksi. Genre komedi romantis ini dari sisi cerita secara umum masih klise dan hanya merupakan pengembangan dari era klasik namun variasinya berkembang sangat luar biasa hingga melampaui batas genre ini sendiri. Perkembangan genre ini tak hanya di Hollywood namun juga di Inggris hingga Asia.

Satu film yang menjadi pelopor mendongkrak popularitas film komedi romantis adalah Pretty Woman (1990) arahan Garry Marshall. Film yang dibintangi oleh Richard Gere dan Julia Roberts ini merupakan film komedi romantis terlaris sepanjang masa dengan raihan pendapatan kotor hingga $463 juta di seluruh dunia. Formula klasik cerita tentang �pangeran� dan gadis miskin ini menjadi tren kembali. Roberts berhasil meraih nominasi aktris terbaik Oscar dan film ini juga sukses dinominasikan untuk empat kategori Golden Globe. Film ini pulalah yang kemudian melambungkan nama aktris Julia Robert sebagai seorang superstar di industri film Hollywood.

Suksesan Pretty Woman membuat film-film ber-genre komedi romantis semakin banyak diproduksi. Tercatat beberapa tahun berselang terdapat tiga film komedi romantis yang sukses besar. Boomerang (1992) yang dibintangi superstar kulit hitam, Eddie Murphy dan Halle Barry, dengan daya tarik sang komedian film ini laris dimana-mana. Film unik, The Groundhog Day (1993) garapan Harold Ramis mengisahkan tentang pembawa acara cuaca yang terjebak dalam satu hari yang berulang-ulang. Film yang secara estetik banyak dipuji pengamat ini dibintangi oleh Bill Murray dan Andie MacDowell. Satu lagi adalah film romantis garapan Nora Ephron, Sleepless in Seattle (1993) Film yang berbujet $21 juta ini meraih pendapatan mencapai $227 juta diseluruh dunia yang melambungkan popularitas Tom Hanks dan Meg Ryan.

Film komedi romantis produksi Inggris Four Weddings and a Funeral (1994) arahan sutradara Mike Newell menjadi film Inggris terlaris sepanjang masa pada eranya. Film berbujet hanya $4.4 juta ini meraih pendapatan diluar perkiraan banyak orang, yakni $ 245 juta. Berbeda dengan film komedi romantis Amerka lazimnya, sentuhan �Inggris� terutama banyolan-banyolan khasnya memberikan warna yang berbeda bagi genre ini. Film yang ditulis naskahnya oleh Richard Curtis ini meraih nominasi film terbaik Oscar. Film yang dibintangi Hugh Grant dan Andie MacDowell ini melambungkan nama Grant setelahnya.

Perkembangan film komedi romantis setelahnya tak luput dari nama-nama besar diatas. Julia Roberts bermain dalam film-film komedi romantis sukses seperti, My Best Friend Wedding (1997), Notting Hill (1999) dan Runaway Bride(1999). Dalam film Notting Hill, ia bersama Hugh Grant bermain dalam film berkisah klise tentang aktris populer dan pemuda pemilik toko buku. Dalam Runaway Bride, Roberts kembali bersama tim suksesnya, Garry Marshall dan Richard Gere. Ephron, Tom Hanks, dan Meg Ryan kembali berkolaborasi dalam You�ve Got Mail (1998) sekalipun tak sesukses film sebelumnya. Sementara Ryan sendiri bermain dalam film sukses, French Kiss (1995).

Beberapa film komedi romantis lainnya yang juga sukses pada dekade 90-an, dibintangi beberapa aktris yang tengah naik daun, sebut saja Sandra Bullock, While You Were Sleeping (1995), lalu Drew Barrymore, The Wedding Singer(1998) dan Never Been Kissed (1999). Lalu Cameron Diaz dan Ben Stiller sukses besar melalui There�s Something About Mary (1998). George Clooney dan aktris senior, Michele Pfieffer bermain dalam film komedi romantis unik yang berlangsung zhanya sehari, One Fine Day(1996). Sementara film komedi romantis unik yang patut dicatat adalah As Good as It Gets (1997) yang mengkasting aktor senior, Jack Nicholson serta aktris Helen Hunt. Selain sukses komersil film ini juga sukses meraih tujuh nominasi Oscar termasuk film terbaik.

Memasuki milenium baru genre komedi romantis terhitung sudah solid menjadi salah satu genre besar yang berpengaruh di industri film. Tecatat produksi film komedi romantis hanya dalam satu dekade ini saja nyaris sudah dua kali lebih banyak dari produksi setengah abad sebelumnya. Separuhnya produksi film komedi romantis lebih ditujukan ke penonton remaja dengan mengkasting bintang-bintang muda yang lebih menarik, enerjik, dan fresh. Namun tetap saja nama-nama aktor dan aktris senior masih menjadi jaminan sukses sebuah film komedi romantis. Film komedi romantis juga semakin berkembang dan berbenturan dengan genre-genre lain seperti fantasi, olahraga, hingga superhero.

What Woment Wants (2000) menjadi pembuka sukses film komedi romantis di era baru ini. Film komedi romantis bernuansa fantasi ini dibintangi oleh aktor besar, Mel Gibson dan Helent Hunt yang sukses meraih $374 juta. Lalu film komedi romantis Inggris sukses, Bridget Jones's Diary (2001) yang dibintangi dengan sangat menawan oleh Renee Zellweger bersama Hugh Grant dan Colin Firth. Sukses film ini juga memicu produksi sekuelnya yang diproduksi dua tahun kemudian. Lalu juga film romantis unik tentang takdir cinta, Serendipity(2001) yang dibintangi oleh John Cusack dan Kate Beckinsale. Jennifer Lopez bermain dalam dua film komedi romantis, yakni The Wedding Planner (2001) dan Maid in Manhattan (2002). Jennifer Anniston dekade ini bermain dalam banyak film sejenis diantaranya, Along Came Polly(2004), The Break Up (2006), The Swicth (2010) dan baru lalu Just Go With It (2011).

Sementara bintang-bintang muda yang tengah naik daun semakin naik popularitasnya. Drew Barrymore bermain dalam film komedi romantis unik 50 First Date (2004) serta Fever Pitch (2005), serta He�s Just Not That Into You (2009). Kirsten Dunst bermain dalam Get Over It (2001) dan Wimbledon(2004). Reese Whiterspoon bermain dalam film-film komedi romantis seperti Legally Blonde (2001), Sweet Home Alabama (2002), serta Just Like Heaven (2005). Katherine Heigle namanya mulai bersinar setelah membintangi film-film komedi romantis seperti Knocked Up (2007), 27 Dressed (2008), hingga The Ugly Truth (2009). Aktor muda Ryan Reynolds, bermain dalam film-film sukses seperti Definitely Maybe (2008) dan The Proposal (2009) dimana ia bermain bersama Sandra Bullock.

Selain film-film komedi romantis konvensional, bermunculan pula film komedi romantis unik yang dipelopori oleh Love Actually (2003) garapan Richard Curtis. Love Actually merupakan film yang tidak memiliki plot utama, yakni banyak plot (sekitar delapan cerita) yang disajikan secara bergantian. Walau setiap plot tak berhubungan langsung satu sama lain namun mereka diikat oleh tema yang sama. Film ini dibintangi sederetan bintang ternama, yakni Hugh Grant, Liam Nesson, Colin Firth, Kiera Knightley, dan banyak lainnya. Dan secara mengejutkan pula film ini sukses luar biasa di pasaran. Film ini diikuti beberapa film lainnya seperti Valentine�s Day (2010) dan New Year�s Eve(2011) yang keduanya digarap oleh Garry Marshall.

Tidak hanya Amerika dan Inggris saja yang mendominasi film komedi romantis. Industri film di Asia pun tak kalah bersaing, terutama dari Korea, Jepang, serta India. Di India hampir di setiap filmnya, nyaris selalu memasukkan unsur roman dan komedi, hingga sulit membedakan secara pasti film yang bergenre komedi romantis. Salah satu contoh komedi romantis yang sukses adalah Rab Ne Bana Di Jodi(2008) arahan Aditya Chopra yang dibintangi sang superstar, Shahrukh Khan. Komedi Romantis juga merupakan salah satu genre yang paling banyak di produksi di Korea dengan antusiasme penonton yang begitu tinggi. Salah satu film komedi romantis yang secara kualitas dianggap baik adalah My Sassy Girl (2008) yang kemudian oleh Hollywood di-remakedengan judul yang sama. Film ini juga merupakan film komedi romantis terlaris di Korea hingga kini.

Film komedi romantis adalah salah satu genre favorite yang selalu ditunggu penonton, ceritanya yang ringan dan menghibur, serta biaya produksinya yang relatif tidak terlalu mahal merupakan alasan mengapa genre ini selalu di produksi. Film komedi romantis akan semakin berkembang dan semakin banyak diproduksi untuk memenuhi antusias para penonton, khususnya untuk kaum hawa.

Febrian Andhika

Roman Holiday

Kisah Roman Klasik Abadi


Film yang berkisah tentang seorang putri atau pangeran yang turun ke jalan memang bukan hal yang baru namun Roman Holiday bisa jadi adalah kisah klasik yang paling abadi. Alkisah Ann (Hepburn) adalah seorang putri termasyur dari sebuah kerajaa. Ia bosan dengan rutinitas kenegaraannya ketika berkunjung ke Roma. Ia lari dari istana tempat ia menginap dan menyamar sebagai rakyat biasa. Tak sengaja ia bertemu dengan Joe Bradley (Peck), seorang jurnalis media cetak yang menemaninya berkeliling kota. Joe yang semula hanya ingin mendapatkan berita justru jatuh hati pada sang putri. Sementara sang putri harus memilih antara tugas negara dan kepentingan pribadinya. 

Plot diatas adalah cerita klasik yang seringkali kita lihat dalam film-film komedi romantis yang bertutur ringan dan menghibur. Kisah film ini bisa dianggap salah satu kisah cinta �putri raja dan pemuda biasa� paling awal yang populer. Kisahnya menginspirasi banyak film komedi romantis setelahnya hingga kini. Tidak seperti plot lazimnya, ending filmnya pun menggantung, tidak seperti yang diharapkan penonton. Justru ini yang membuat kisah filmnya abadi dengan membiarkan penonton berandai-andai dengan mimpinya. Siapa yang tak suka bisa berkencan dengan seorang putri jelita atau pangeran rupawan?

Roman Holiday adalah film pertama Audrey Hepburn berperan sebagai peran utama dan diluar dugaan adalah film yang membuatnya menjadi salah satu bintang Hollywood paling bersinar di eranya. Talenta alami Hepburn dalam berakting terlihat dalam semua adegannya bahkan menenggelamkan aktor besar sekelas Gregory Peck. Hepburn bermain sempurna sebagai seorang putri yang anggun dan terpelajar namun di sisi lain ia juga kekanakan, bosan, dan kesepian. Modal wajah jelita yang ia miliki tanpa dipungkiri menjadi daya tarik tersendiri yang sangat membantu perannya. Tak heran jika ia meraih Oscar untuk perannya ini. Sementara Peck sendiri juga tak bermain buruk namun sorotan kamera kali ini memang bukan untuknya.

            Setting Kota Roma yang eksotis menjadi daya pikat tersendiri menemani Ann dan Joe. Konon Roman Holiday adalah salah satu film Hollywood paling awal menggunakan shot on location walau beberapa adegan ada yang mengambil tempat di studio Cinecitta, Roma. Penonton turut diajak berkeliling menikmati keindahan kota Roma, arsitektur, jalan, kafe, pasar, hingga obyek wisata populer seperti Colleseum. Semua pencapaian teknis diatas tak luput dari sentuhan sutradara kondang William Wyler. Seperti film-filmnya kebanyakan, Wyler mampu meleburkan dengan baik antara cerita dengan pencapaian teknis. Satu shot pada akhir filmnya, menggunakan teknik kamera handheld yang berjalan mundur mengikuti Joe. Singgasana Ann lambat laun tampak mengecil sejalan dengan Joe yang harus melupakan kenangannya dengan sang putri. Tak banyak film roman yang mampu memberikan kesan manis begitu mendalam bagi penontonnya. Tak ada salahnya jika Roman Holiday kita sebut sebagai kisah roman klasik yang abadi.

Himawan Pratista

Roman Holiday (1953)  Distributor : Paramount Pictures  Sutradara : William Wyler  Produser : William Wyler  Penulis Naskah : Dalton Trumbo / Ian McLellan Hunter / John Dighton  Pemain : Gregory Peck / Audrey Hepburn / Eddie Albert  Ilustrasi Musik : Georger Auric / Victor Young  Sinematografi : Henri Alekan / Franz Planer   Editing : Robert Swink  Bujet : $1,5 juta  Durasi : 118 min

Love Actually vs. New Year's Eve


Love Actually (2003) dan New Year�s Eve (2011) Dua film ini adalah komedi romantis yang memiliki banyak kesamaan dari tema, cara bertutur, hingga struktur cerita. Dua film sejenis ini menarik untuk saling diadu mengingat dua sineas yang menggarapnya sama-sama piawai menggarap film komedi romantis. Love Actually adalah garapan Richard Curtis yang pernah menulis naskah film-film komedi romantis sukses macam Four Wedding and Funeral, Notting Hill, dan Bridget Jones�s Diary. Sementara New Year�s Eve adalah film garapan Garry Marshall yang juga menggarap film-film komedi sukses seperti Pretty Woman, Runaway Bride, The Princess Diaries, hingga Valentine�s Day. Dua film ini juga sama-sama menggunakan sederetan bintang-bintang kenamaan asal Inggris (Love Actually) serta Amerika (New Year�s Eve).

Love Actually mengisahkan sembilan kisah pendek yang bermula lima minggu sebelum Malam Natal. Kisahnya antara lain, Billy Mack (Bill Nighy) adalah seorang legenda Rock�n Roll urakan yang kini mencoba peruntungannya dengan single barunya dibantu manajer setianya, Joe. David (Hugh Grant) adalah perdana mentri Inggris baru terpilih, masih lajang, yang tertarik dengan Natalie, seorang staff rumah tangganya. Jamie (Colin Firth) adalah seorang penulis yang baru saja putus dengan tunagannya, ia mengasingkan diri di sebuah villa ditemani oleh pelayan barunya, Aurelia. Daniel (Liam Nesson) yang baru saja berduka sepeninggal istrinya, harus menghadapi masalah anak tirinya, Sam, yang jatuh hati dengan rekan satu sekolahnya. Harry (Alan Rickman) jenuh dengan kehidupan rumah tangganya bersama istrinya, Karen (Emma Thompson), ia terpikat dengan Mia, sekretaris barunya di kantor. Sementara Juliet (Kiera Knigthley) baru menikah dengan Peter dan sahabat suaminya, Mark ternyata juga mencintainya.

New Year�s Eve mengisahkan delapan kisah pendek yang berlangsung sehari saja, pada siang dan malam pergantian tahun. Kisahnya antara lain, Claire Morgan (Hillary Swank) adalah orang yang bertanggung jawab terhadap sukses pada puncak acara tahun baru di kota New York. Sementara Jensen (Jon Bon Jovi) adalah penyanyi sukses yang bertemu mantannya, Laura (Katherine Heigl). Sekretaris perusahaaan rekaman, Ingrid (Michelle Pfeiffer) memiliki daftar keinginan yang ingin ia lakukan sebelum malam tahun baru, dan ia dibantu Paul (Zac Efron) dengan iming-iming tiket konser gratis. Stan Harris (Robert De Niro) adalah pasien kanker stadium akhir yang menginginkan melihat acara malam tahun baru sebelum ia meninggal, ia ditemani suster Aimee (Halle Berry). Sementara pasangan Griffin (Seth Meyers) dan Beth (Jessica Biel) yang tengah hamil tua mengincar uang bonus jika sang bayi bisa lahir tepat pada malam pergantian tahun. Sementara Kim (Sarah Jessica Parker) cemas dengan putrinya, Hayley (Abigail Breslin) yang ingin keluar bersama rekan-rekannya di malam tahun baru.

Dua film diatas memiliki cara bertutur cerita yang sama, multi plot atau ada yang menyebut pola jaring laba-laba, yakni menggabungkan beberapa plot sekaligus yang dituturkan secara bergantian. Pola seperti ini memang cenderung rumit sehingga lazimnya kisah-kisah yang disajikan biasanya ringan demikian pula halnya dengan dua film ini.  Dua film ini secara umum juga memiliki kesamaan tema, yakni cinta. Dalam Love Actually, tak hanya cinta antara sepasang kekasih atau suami istri namun juga orang tua dan anak-anaknya, saudara, hingga sahabat. Film ini juga berbicara tentang kesetiaan, harga diri, persabahatan, harapan, hingga pengorbanan. Sementara New Year�s Eve mengambil tema pokok yang nyaris sama hanya sedikit lebih bervariasi sekalipun hanya berlangsung semalam saja. Dari lokasi cerita Love Actuallyterpusat di kota London namun juga mengambil lokasi-lokasi lain seperti suatu desa di Perancis, Milwauke (AS), hingga satu kota di Portugis. Sementara New Year�s Eve relatif lebih konsisten karena hanya menggunakan lokasi di seputar kota New York saja.

Dari sisi durasi cerita, Love Actually memiliki rentang waktu kisah yang lebih lama, yakni lima minggu sebelum Malam Natal sementara New Year�s Eve hanya sehari semalam saja. Love Actually memiliki waktu yang cukup memberikan latar belakang cerita untuk membangun sisi emosional serta dramatik yang lebih dalam ketimbang New Year�s Eve. Kisah-kisah dalam Love Actually terasa lebih kuat karena karakter tiap tokohnya dibangun sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu. Sekalipun chemistry tiap kisah asmara terjalin cukup baik namun motif mengapa mereka bisa saling jatuh cinta masih terasa lemah, seperti pada kisah David dan Natalie serta Jamie dan Aurelia. Sementara dalam New Year�s Eve, chemistry sama sekali tak muncul dalam kisah-kisahnya karena tidak memiliki latar cerita yang cukup sehingga tiap kisahnya terasa dangkal, dan kita sulit berempati dengan tiap karakternya.  

Dalam Love Actually, sekalipun kisahnya ringan namun pas dengan para kastingnya. Tiap bintang mendapatkan kesempatan sama untuk mengeksplorasi perannya. Bahkan karakter penjaga toko perhiasan yang diperankan oleh komedian kondang Rowan Atkinson (Mr. Bean), sekalipun hanya muncul sesaat namun mampu mencuri perhatian penonton. Walau harus diakui bahwa peran-peran ini tidak menguras akting para bintangnya namun mereka tampak enjoydengan perannya. Sementara dalam New Year�s Eve, bintang-bintang besar termasuk aktor senior, seperti De Niro dan Pfeiffer hanya tampil layaknya �cameo�, tidak memiliki jiwa, tanpa chemistry yang cukup. New Year�s Eve semata-mata hanya menjual nama besar saja dan berusaha merangkul penonton segala usia.  

Seperti film-film komedi romantis kebanyakan, dua film ini juga dihiasi dengan lusinan nomor-nomor lagu romantis. Ketimbang New Year�s Eve, Love Actually jauh lebih menendang dengan lagu-lagu populer yang dibawakan Norah Jones, Dido, Maroon 5, hingga Beach Boys. Satu nomor menghentak, Jump (The Pointer Sister) mengiringi sang perdana mentri berjoget, sementara satu nomor lawas populer, Love is All Around (Wet Wet Wet), diparodikan menjadi Chrismast is All Around yang dibawakan sendiri oleh Bill Nighy. Sementara New Year�s Eve mengandalkan lagu yang dibawakan sendiri oleh Jon Bon Jovi yang bermain pula sebagai penyanyi rock dalam filmnya. Satu nomor pamungkas yang manis Auld Lang Syneyang dibawakan dengan syahdu oleh Lea Michele, tetap saja tidak mampu menolong filmnya.

             Secara keseluruhan Love Actually lebih baik ketimbang New Year�s Eve terutama dari sisi cerita. Love Actually tidak hanya mengusung tema dan kisah yang kuat namun juga didukung peran yang pas dari sedereran bintang besar yang bermain disana. Love Actuallyadalah film tentang cinta yang menghibur, hangat, menyentuh, mengharukan, dan kadang kala pula membuat kita tertawa. Sementara New Year�s Eve begitu dingin, sedingin kota New York, sekedar hanya hura-hura dan menjual nama besar semata tanpa membawa kesan yang berarti. 

Himawan Pratista


Love Actually (2003)  Distributor Universal PicturesSutradara Richard Curtis Produser Duncan Kenworthy / Tim Bevan / Eric Fellner / Debra Hayward / Lisa Chazin  Penulis Naskah Richard Curtis Pemain Hugh Grant / Liam Nesson / Clin Firth / Laura Linney / Ema Thompson / Alan Rickman / Keira Knightley / Bill Nighy / Rowan Atkinson  Ilustrasi Musik : Craig Amstrong
Sinematografi : Michael Coulter  Editing : Nick Moore  Bujet : $45 juta  Durasi : 136 min

New Year�s Eve (2011)  Distributor Warner Bros Pictures  Sutradara Garry Marshall  Produser Mike Karz / Wayne Allan Rice / Garry Marshall  Penulis Naskah Katherine Fugate  Pemain Halle Barry / Jessica Biel / Jon Bon Jovi / Abigail Breslin / Robert De Niro / Josh Duhamel / Zac Efron / Katherine Heigl / Ashton Kutcher / Sarah Jessica Parker / Michelle Pfeiffer / Hillary Swank  Ilustrasi Musik : John Debney Sinematografi : Charles Minsky  Editing : Michael Tronik  Bujet : $56 juta  Durasi : 118 min



Midnight in Paris

Fantasi Woody Allen dan Kota Paris


Gil Pender (Wilson) adalah seorang penulis naskah film Hollywood yang kini tengah mencoba menulis novel. Bersama tunangannya, Inez (McAdams)  dan calon mertuanya pergi ke kota Paris untuk berlibur sekaligus mencari inspirasi. Gil sangat mencintai Paris namun tidak demikian dengan sang istri. Pada saat Gil berjalan sendirian berkeliling kota tengah malam, ia diajak ke sebuah pesta oleh sekelompok orang misterius yang berdandan tempo dulu. Di sebuah tempat ia bahkan bertemu dengan seniman-seniman besar pada era 20-an, seperti Scott Fitzgerald, Ernest Hemmingway, Gertrude Stein, Pablo Picasso, dan lainnya. Entah ini hanya fantasi atau realita namun Gil menikmati ini semua, dan tanpa disadari ia larut dalam fantasinya yang semakin menjauhkan dirinya dengan istrinya.

            Mirip seperti filmnya terdahulu, Manhattan, film ini dibuka dengan manis melalui serangkaian gambar Kota Paris yang eksotis lengkap dengan segala aktivitas dan suasananya sejak pagi hari hingga tengah malam. Sentuhan Allen dengan dialog-dialog cepat, panjang dan cerdas sudah tampak pada kredit pembuka filmnya, yang menjadi inti cerita filmnya. It�s all about fantasy. Melalui filmnya Allen mengajak kita ke masuk �alam fantasi� menjelajahi kota Paris pada era emasnya dan melihat bagaimana seniman-seniman termasyurnya berdebat tentang kehidupan serta jiwa dari karya-karya mereka. Dengan sentuhannya yang khas sang sineas mampu mengemas filmnya dengan ringan dan romantis. Allen mampu memadukan antara kisahnya, kota Paris dan seniman besarnya, masa lalu, dan kini dengan sangat brilyan. Naskah yang terhitung orisinil dan dari semua film-filmnya Midnight in Paris bisa dibilang adalah salah satu filmnya yang paling �abstrak�, eksotis, dan romantis.

             Kota Paris dan segala isinya, adalah �aktor ketiga� dalam tiap adegan yang menjadi ruh film ini. Di bagian sudut kota mana pun eksotisme Paris seperti tak ada matinya. Paris masa kini dan Paris masa lalu mampu dikemas dengan rapi melalui properti seperti kendaraan roda empat dan kostum. Musik jazz ringan bernuansa romantis menjadi pelengkap yang menyatu dengan setting Kota Paris. Jika saja film ini diproduksi dua puluh tahun lalu, Allen sendiri pasti yang akan bermain sebagai Gil. Owen Wilson bukanlah Woody Allen. Sekalipun tak memiliki karisma Allen namun ia cukup baik berperan sebagai Gil Pender. Pasti sulit pula mencari pemain untuk berperan sebagai seniman-seniman besar era 20-an. Entah otentik atau tidak, setidaknya otentik menurut visi dan imajinasi sang sineas. Gaya Allen yang suka berlama-lama menahan shot-nya masih pula tampak untuk mendukung penggunaan dialog-dialog yang panjang.

           Perjalanan fantasi Gil di kota Paris yang identik dengan kota cinta ini merupakan simbol pencarian cinta sejati dan jati dirinya. Gil memahami masa kini melalui pengalaman masa lalunya. Gil akhirnya bertemu dengan seseorang yang bisa memahami dirinya. Seseorang yang sama-sama mau berbasah-basahan di tengah guyuran hujan yang turun di Kota Paris yang indah.  Bakat dan kejeniusan sang sineas ternyata tidak luntur dimakan usia. Siapa sangka Woody Allen yang kini berusia 76 tahun masih sanggup membuat film-film yang begitu energik dan romantis seperti ini. 


Antonius Dwi Nugroho



Midnight in Paris (2011) Distributor : Sony Pictures Classics  Sutradara : Woddy Allen  Produser: Letty Aronson  / Stephen Tenenbaum / Jaume Roures  Penulis Naskah : Woddy Allen  Pemain : Owen Wilson / Rachel McAdams / Marion Cotillard / Kathy Bates / Adrien Brody   Ilustrasi Musik : Stephane Wrembel  Sinematografi : Darius Khondji  Editing : Alisa Lepselter  Durasi : 94 Menit